Juni 01, 2011

Sang Penyihir dari Portobello

Sang Penyihir dari Portobello (The Witch of Portobello)Sang Penyihir dari Portobello by Paulo Coelho

My rating: 4 of 5 stars


kenapa tertarik dengan buku ini? pertama, karena cover na merah (secara umum, ntah lebih tepat na disebut merah apa). kedua, karena ditulis oleh paulo coelho (terlanjur suka sama tulisan-tulisan beliau). dan ternyata...

membuka bagian depan na saja telah menemukan kejutan. bukan dari cerita na, tapi dari memori yang berhasil dibangkitkan na. masa kaderisasi sma. mengetahui sifat alami orang dari permainan yang melibatkan orang lain. saat air putih yang diedarkan, yang paling belakang kembung harung menghabiskan. saat botol fanta merah diedarkan, yang paling belakang ga kebagian. saat jamu paitan yang diedarkan, yang paling belakang terpaksa menegak pahit banyak-banyak.

manusia dikenal dari manusia lain. manusia dilihat dari interaksi dengan orang lain. kasus botol itu pun ketahuan, jika manusia hanya mau enak, tidak mau berbagi namun membuang jauh-jauh yang tidak enak untuk orang lain. saat mata ditutup dan keharusan mempertahankan keberadaan dalam sebuah lingkaran. sangat terasa obesesi saling menjatuhkan untuk mendapatkan posisi aman. sikut-sikutan, dorong-dorongan (bukan na tidak berambisi, tapi badan yang terlalu ringan membuat rhe mudah disingkirkan :P) sampai yang kuatlah yang bertahan.

itulah pembelajaran, inisiasi akan dunia yang dikenalkan di masa sma. dunia yang akan kami hadapi nanti na dalam kehidupan yang semakin luas. di mana kreativitas dibutuhkan, dimana bukan yang kuat yang bertahan, dimana menyesuaikan diri menjadi pilihan. dan kemana semua na itu, kretivitas, pilihan? terkukung dalam sebuah rutinitas.

dan... cukup mengenang na, kembali melanjutkan membaca.

-***-

bunda yang dikandung tanpa noda, jadilah perantara doaku, doakanlah aku

ntah sejak kapan doa ini dikenalkan padaku dan menjadi rutinitas (semacam mantra), disebut berulang sampai tak sadar selalu mengucapkan na mendahului amin. namun ternyata bukan ibu yang sama dengan yang dimaksudkan paulo dalam cerita na kali ini. mungkin memang 'ibu agung' sering menjadi tema tulisan-tulisan paulo coelho.

lalu seperti apakan ibu di sini? bumi. seperti itulah. selama ini kita tinggal di bumi, hidup dari bumi, tapi selalu memuja langit. kebijaksanaan yang tersembunyi di balik langit yang tak mungkin didebat. sementara bumi tempat kita berpijak, yang menjadi ibu, sering kali kita abaikan. bahkan tak jarang perselisihan terjadi karena ada na perbedaan orang (yang ngaku na) beragama langit dan orang (yang dianggap) memeluk agama bumi.

jika ini semua adalah suatu kepercayaan, haruskah diperdebatkan? haruskah ada kategori salah dan benar? haruskah yang ini diijinkan dan yang itu dilarang? padahal inti semua ajaran na adalah baik. cinta adalah cinta itu sendiri. ada, bukan untuk diperdebatkan.

keajaiban yang datang saat ini, mendobrak tatanan lama yang sudah nyaman dan mengakar. mungkin itulah sebab perselisihan. orang-orang tidak mau keluar dari wilayah nyaman mereka untuk menerima sesuatu yang baru. tapi bukankah pada jaman nabi-nabi dahulu mereka juga merupakan pembaruan, memperbaiki tatanan lama untuk suatu yang baru? tapi mengapa sekarang keberadaan hal-hal baru selalu ditentang? tuduhan sekte, pemuja setan, ajaran sesat, apalagi yang harus mereka ini terima untuk suatu pembaruan? penyihir?

ya, itulah yang disebutkan sebagai judul buku ini. jika membayangkan penyihir dengan tongkat seperti harry potter atau penyihir dengan demon na seperti bartimaeus, jauhhhhhh. pembaca tidak akan menemukan yang demikian. athena, tokoh yang disebut-sebut penyihir di sini menerima rahmat na sebagai penyercap mata air cinta dari sang ibu dalam menjalankan misi na. walau jalan na tidak selalu mudah, walau dia yakin dia dicintai.

karena sepanjang hidupku, aku telah belajar menderita dalam diam (hlm. 55)

mengapa penderitaan selalu diasosiasikan dengan diam? apakah mencintai yang sesungguh na harus diam? cukup dengan percaya. percaya mencintai dan dicintai. oleh dan kepada siapa maupun apapun. setiap manusia punya misi na di dunia.

kau akan belajar lebih banyak lagi karena, walaupun sekarang ini, kita semua terperangkap di dalam rumah, kota, dan pekerjaan, di dalam darahmu masih mengalir masa-masa karavan dan perjalanan serta pengajaran yang diletakkan ibu agung di jalan kita supaya kita tetap bertahan hidup (hlm. 145)

demikianlah. apakah kita hanya akan hidup dalam suatu rutinitas padahal kita diberi kesempatan untuk melakukan perjalanan? perjalanan tidak melulu ke tempat yang jauh. cukup ketika kita mampu keluar dari rutinitas yang ada untuk melakukan hal yang berbeda. menemukan vitalitas baru dalam rangkaian kehidupan dan cinta sang ibu.

apa yang sebenar na kita cari dalam hidup? kebahagiaan atau suatu cita-cita? hal yang menimbulkan kepuasan setelah mencapai na hanyalah nafsu yang tak akan ada habis na. bekerja untuk uang tak akan ada habis na. kepuasan selalu tidak pernah tuntas, selalu ada yang diinginkan lagi, lagi dan lagi. mengejar, mengejar dan mengejar. adakah kesempatan atau keinginan untuk sekali saja melepas? seandai na pun tidak melepas, berdiam dirilah dan jangan melulu berlari supaya bisa menemukan ritme na, suara yang tidak bisa kita dengar karena terlalu sibuk dengan urusan sendiri. suara alam, suara hati, suara ibu agung atau apapun sebutan na untuk suara lirih yang jarang kita dengar, atau mingkin, malah sering kita abaikan.

dan apakan ada yang lain yang ingin kau pertahankan? suatu hari nanti semua yang kau miliki akan harus kau berikan. pohon memberi supaya mereka bisa hidup, karena mempertahankan bearti musnah (hlm.184)

terlepas rangkaian kalimat yang tidak enak diikuti, tidak mengalir dan membuat (sering) tersendat-sendat. ntah karena terjemahan na atau mungkin memang penerjemah sengaja membuat na demikian. supaya pembaca mampu keluar dari kebiasaan yang ada, kalimat yang tertata, sehingga membaca buku ini lebih lama (karena benar rhe membutuhkan waktu relatif lama untuk membaca buku ini, suatu keuntungan tersendiri). kisah dan ide buku ini menarik. cerita yang dituturkan dari merangkai kesaksian orang-orang. awal sampai akhir. semua na berjalan dari tambal sulam tuturan orang. tidak menyangka kesaksian orang-orang mampu membuat suatu cerita untuh dari awal sampai akhir na. dan yang lebih menarik lagi bahwa penulis harus menjadi 'aku' dari sekian banyak tokoh yang becerita tersebut, yang menuturkan versi mereka masing-masing.

4 bintang untuk cerita na. minus 1 bintang karena lama na waktu yang dibutuhkan buat nyelesain na. -***-

View all my reviews

0 komentar:

 
Copyright 2009 footprint